Selasa, 22 November 2016

Tak Kenal Maka Taaruf



Oleh : Arum Angger Rosiah
arumangger@gmail.com

“Mba kok mau sih menikah sama dia tanpa mengenal terlebih dahulu?” ada yang penasaran nih.
Ya begitulah. Pertanyaan yang selalu mampir di otak kalau-kalau ada mbak-mbak ‘berjilbab lebar’ yang menikah dengan proses yang syar’i. Padahal, mbak yang diberi pertanyaan juga biasa saja, tanpa ragu. Begitulah kalau sudah taaruf dengan benar.
Apa itu taaruf? Taaruf itu berasal dari kata ta’arafu yang artinya saling mengenal dan secara istilah adalah proses saling mengenal antara seseorang dengan orang lain dengan maksud untuk saling mengerti atau memahami. Mengapa ada taaruf yang benar dan taaruf yang salah? Karena akhir-akhir ini banyak yang menyimpangkan taaruf dengan pacaran.
“Kan sama saja mbak, kalau pacaran kan juga saling mengenal?” Duh, ngotot banget ini anak.
Taaruf dan pacaran itu jelas berbeda, kalau taaruf memiliki jangka waktu yang jelas dan ada manfaat serta  tujuan syar’i, yaitu menikah. Sedangkan pacaran? Ga ada tujuannya. Bahkan pernah ada di dunia maya yang share bahwa sudah melangsungkan pacaran selama tujuh tahun namun akhirnya sang wanita menjadi istri sah orang lain. Nyesek kan?
Taaruf tidak ada interaksi antar laki-laki dan perempuan seperti khalwat. Jadi kalau sedang melangsungkan taaruf, pasti ada pihak ketiga, entah itu guru ngaji, orang tua, kakak, adik, bahkan saudara. Setiap melakukan interaksi, harus diketahui oleh orang lain, nah ini letak perbedaannya.
Setelah melaksanakan taaruf dan dirasa cocok, maka menuju ke fase berikutnya yaitu fase khitbah, atau orang jawa biasa menyebutnya ‘lamaran’. Taaruf dan khitbah merupakan proses yang dijalani oleh seseorang yang beriman yang telah mantap hatinya dan siap untuk menikah. Jadi fase taaruf itu bukan fase main-main ya gengs. Kita benar-benar mencari pendamping hidup, ayah dari anak-anak kita atau ibu dari anak-anak kita. Taaruf dan khitbah bukan produk substitusi pacaran, bukan pula pembungkus pacaran. Catat itu.
“Nah kalau begitu mbak, gimana sih proses taaruf itu?”
Taaruf itu didahului dengan persetujuan awal kedua belah pihak setelah mendapatkan referensi. Maksudnya disini bukan referensi seperti daftar pustaka ya.. hehe tapi sumber yang jelas mengenai si calon.
Kemudian, dalam taaruf tidak ada berduaan, selalu ditemani mahrom, setelah itu boleh mekakukan nadhor (melihat secara fisik atau bertemu langsung) sewajarnya, dan kemudian yang terakhir yaitu istikharah dan istisyarah. Istikharah berguna untuk memantapkan hati kita dalam menerima sang calon, sedangkan istisyarah yaitu memusyawarahkan setiap keputusan dengan keluarga. Ingat gengs, kalau menikah itu sejatinya kedua keluarga juga menikah, diikat, dalam sebuah tali yang disebut pernikahan, jadi ridho keluarga apalagi kedua orang tua juga perlu.
“Oh gitu ya mbak, oke deh mbak, doakan saya agar mendapatkan pendamping hidup melalui proses yang syar’i yang diridhoi Allah ya mbak... membangun keluarga dambaan umat, kekal hingga akhirat..aamiin”

Menikah dan menjadi orang tua bukanlah pekerjaan kecil. Ia adalah pekerjaan peradaban, pekerjaan hati sekaligus pekerjaan fisik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tambahkan Komentarnya :)