Sabtu, 06 Oktober 2012

Keteladanan...”Sebuah dilema”

Keteladanan...”Sebuah dilema”
            Tak seorang pun lahir ke dunia ini sudah dibekali dengan kepintaran. Semua makhluk hidup, lahir dalam keadaan lemah, tidak berdaya, dan tidak mengerti apa - apa. Sebuah proses meniru dan mengikuti selalu terjadi pada diri manusia. Binatang pun belajar dari induk mereka dengan cara melihat, lantas menirukan. Seluruh makhluk hidup di dunia selalu belajar dengan cara meniru( Zairofi, 2002).
            Kenyataan - kenyataan di atas, menjelaskan dengan sangat tegas akan pentingnya keteladanan dalam hidup. Karena setiap orang punya sifat meniru. Maka pihak - pihak yang dimungkinkan akan ditiru semestinya selalu tampil sebagai teladan yang baik. Agar, mereka yang meniru, mendapatkan contoh yang baik untuk ditiru. Sifat meniru ini, bahkan akan memberi kontribusi yang besar bagi hampir seluruh kepribadian seseorang.
            Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2000:619), keteladanan adalah ”hal - hal yang dapat ditiru atau dicontoh”. Keteladanan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan pribadi seseorang. Secara sederhana keteladanan memerlukan penilaian bahwa perilaku tersebut baik sebelum anak memutuskan untuk melakukan hal yang sama.
            Keteladanan dapat diartikan wujud dari usaha yang dilakukan seseorang dengan sadar tercermin pada sikap perilaku untuk mencapai tujuan tertentu. Keberhasilannya dapat diukur dengan indikator perubahan perilaku orang yang menjadikannya figur panutan menjadi selaras seimbang sesuai dengan tujuan tertentu yang dikehendaki (Utami, 2000).
            Berkaitan dengan yang diuraikan di atas, sungguh memprihatinkan saat ini kita sangat sulit mencari figur pemimpin yang benar-benar bisa memimpin. Keteladanan menjadi barang langka, sangat sulit dijumpai di keseharian kita. Bahkan, para pemimpin ramai bertikai, bukannya ramai berlomba memberikan contoh yang baik. Lalu, mau dibawa ke mana generasi muda, anak-anak bangsa yang ingin berguru kepada sang pemimpin? Anak-anak tidak cukup hanya dibekali dengan kecerdasan, pengetahuan yang luas, dan wawasan kebangsaan yang brilian. Si buah hati juga harus dibekali dengan pendidikan mental yang benar, pendidikan antikorupsi misalnya, juga pendidikan tentang kejujuran serta kesetiakawanan.
            Anak-anak yang sejak kecil tidak diberikan keteladanan yang pas, bagaimana mungkin mereka akan menjadi pemimpin yang baik kelak di kemudian hari. Anak-anak yang sejak dini masih kebingungan mau mengambil contoh yang benar dalam berperilaku, apakah kelak dapat berperilaku yang benar dan baik? Peran orang tua dan guru yang masih peduli pada keteladanan, ketulusan dan kejujuran, sangat dibutuhkan oleh anak-anak bangsa ini. Bangsa yang besar akan dapat terjaga kehebatannya jika melahirkan generasi penerus yang kuat dan berakhlak baik.
            Di berbagai media misalnya, banyak kasus-kasus tawuran antar pelajar di Negeri tercinta ini, anak-anak penerus bangsa yang sejatinya menjadi pondasi membangun negeri di masa yang akan datang, melakukan tindakan negatif yang merugikan dirinya dan orang lain. Bahkan ada beberapa yang menjemput ajal mereka sendiri. Seharusnya ini menjadi bahan introspeksi bagi kita bersama, apakah anak-anak tersebut sudah diberikan contoh keteladanan dalam berperilaku ?
            Pertanyaan ini mungkin sulit terjawab, karena mereka adalah seorang pelajar. Seorang pelajar sudah barang tentu mendapatkan pendidikan di bangku sekolah. Namun nampaknya pendidikan di Indonesia masih belum mengutamakan character building. Pendidikan di  Negeri ini mengutamakan kecerdasan dan ilmu pengetahuan, namun karakter hanya sebagai produk sampingan saja. Seharusnya pepatah “Knowledge is power, but Attitude is more” lebih dikaji lagi. Bangsa ini sudah seharusnyalah membangun karakter penerusnya. Anak-anak di masa yang akan datang diharapkan dapat menjadi teladan yang baik begi penerus sesudahnya, dan ini berlangsung secara kontinuitas.
            Pendapat ini menegaskan bahwa “karakter, kompetensi dan keteladanan” merupakan unsur utama dan terpenting dalam kepemimpinan. Oleh karena itu seorang pemimpin mutlak harus memiliki karakter yang baik dan kuat. Seorang pemimpin yang berkarakter berarti memiliki prinsip hidup yang amat kuat, ia mampu mengatakan “yang salah adalah salah dan yang benar adalah benar” serta berani mengatakan “tidak” bagi sesuatu yang dipandangnya salah meskipun dengan risiko yang amat berat, seperti kehilangan jabatan atau bahkan nyawa sekalipun. Seorang pemimpin yang berkarakter dapat saja menjadi tidak populer di kalangan bawahannya atau masyarakat, namun dengan karakter yang kuat ia tidak akan menjadi goyah atau berubah sikap karenanya. Kompetensi adalah syarat mutlak lainnya bagi seorang pemimpin, memadainya pengetahuan dan ketrampilan pemimpin merupakan jaminan bagi diperolehnya keputusan yang tepat sehingga menjadi penuntun menuju sukses bagi organisasi yang dipimpinnya. Keteladanan merupakan metode paling efektif dalam kepemimpinan, dan suatu hal yang pasti (lambat atau cepat) seorang pemimpin berkarakter akan mampu menjadi teladan dan panutan bagi bawahan atau masyarakat yang dipimpinnya.
            Dengan demikian, seorang pemimpin – terlebih lagi pada tingkat nasional – senantiasa dituntut untuk mampu mewujudkan, memelihara dan meningkatkan keseimbangan dari aspek terpenting dan menjadi unsur utama bagi seorang pemimpin yakni karakter yang terpuji, kompetensi yang tinggi, dan yang terpenting dia harus mampu menjadi teladan, panutan bagi masyarakat atau bawahannya.
            Ada beberapa kriteria manusia yang bisa diteladani, mulai dari tingkah lakunya, karakternya, sampai pada pembawaannya. Bangsa Indonesia memerlukan sosok yang bisa diteladani agar para pemimpin di masa yang akan datang dapat meniru keteladanan tersebut.
            Menurut Aa gym dalam (http://yuamar.wordpress.com/2009/03/01/keteladanan-seorang-pemimpin/) menyebutkan ada empat hal karakter seorang pemimpin apa yang telah dicontohkan Rasulullah, sebagai berikut:
a.       Keteladanan dalam keyakinan kepada Allah.
            Apabila seorang pemimpin kurang dekat dengan Allah, maka sikap dan kebijakannya pun akan kurang terarah dan memberikan kemanfaatan yang banyak bagi para pengikutnya. Seorang pemimpin yang taat kepada Allah, dia akan menjadikan segala kebijakannya berorientasi pada kemaslahatan umat dan menghindari dari segala hal yang kurang bermanfaat dan sia-sia.
b.      Keteladanan dalam akhlak
            Rasul dan para sahabat telah mencontohkannya, bagaimana akhlak yang baik dan mulia, dapat membawa perubahan menuju arah yang baik. Dengan akhlak yang baik, hati seseorang dapat tersentuh, walaupun pada awalnya ia kurang suka. Seorang yahudi buta yang sangat membenci Rasulullah dapat masuk Islam , karena akhlak mulia Beliau. Tak pernah lupa, Beliau selalu menyuapi orang buta itu setiap hari, walaupun dicaci maki dan dihina setiap hari. Tapi Beliau terus sabar dan ikhlas, bahkan Nabi pun selalu mengelus punggung orang buta tadi, layaknya kepada seorang anak kecil.
c.       Keteladanan dalam pengorbanan
            Seorang pemimpin adalah orang yang harus lebih banyak berkorban dari pada pengikutnya. Dia mengorbankan waktunya, pikiranya, dan hartanya untuk kepentingan bersama. Dia bersedia untuk turun langsung membantu orang-orang yang dipimpinnya. Tidak hanya sekedar mengarahkan dan menyuruh, tapi dia bersama-sama pengikutnya melakukannya.
d.      Keteladan dalam memberikan solusi dari setiap permasalah.
            Rasulullah pun selalu dapat memberikan solusi jika terdapat konflik atau masalah. Solusinya pun tepat sasaran. Bahkan Beliau dapat menyikapi perbedaan pendapat yang ada dalam pengikutnya dengan win-win solution.
            Selain yang di disebutkan di atas, ada beberapa kriteria seseorang yang bisa kita teladani, misalnya :
1.      Integritas
2.      Visioner
3.      Tanggung Jawab
4.      Amanah
5.      Cerdas
6.      Disiplin
7.      Loyal
8.      Pantang Menyerah
9.      Berkarakter
10.  Tanggap
Kesepuluh karakter di atas mungkin masih belum lengkap, jika kita berbicara mengenai sosok seseorang yang bisa kita teladani. Masih banyak sifat-sifat lain yang dapat kita teladani dari figur seorang pemimpin. Bukan hanya pemimpin, seorang tokoh yang berpengaruh dalam masyarakatpun dapat kita teladani dan kita contoh perilaku dan sifat positifnya.
Contoh pemimpin Indonesia yang bisa kita teladani sisi positifnya adalah Bapak Soekarno. Beliau adalah seorang proklamator Indonesia yang tegas, berwibawa, dan revolusioner. Pidato-pidato Bung Karno sangat memukau dan selalu dinanti-nanti oleh rakyatnya. Bung Karno juga berani melawan kolonialisme Belanda pada waktu itu, sampai pada saatnya, beliau membacakan secarik kertas proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Memang sosok Bung Karno dapat kita teladani, tetapi bagaimanapun juga beliau memiliki sisi positif dan sisi negatif seperti mata uang logam. Sepatutnyalah kita hanya meneladani positifnya saja.
Peranannya dalam sejarah, Soekarno memegang peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia yaitu sebagai Proklamator Indonesia. Soekarno sebagai pemimpin bangsa yaitu sebagai seorang presiden yang dicintai rakyat pada masanya. Meskipun sudah meninggal namun namanya tetap menjadi bahan pembicaraan orang - orang, dalam kondisi bangsa saat ini yang butuh figur panutan seorang pemimpin, yang terjadi sekarang yaitu fenomena munculnya lagi nama Soekarno sebagai figur pemimpin yang diidamkan memimpin negeri ini. Hal ini dapat dilihat seperti partai - partai politik yang membawa - bawa nama Soekarno dengan tujuan tertentu dan membandingkan dengan pemimpin bangsa sekarang.
Pada semasa hidupnya banyak hal yang dapat dijadikan contoh / panutan untuk generasi muda saat ini. Hal ini tercermin dalam pemikiran, ucapan dan tindakanya dalam hidupnya, menciptakan tujuan, belajar menyayangi mahluk ciptaan Tuhan, pentingnya ilmu pengetahuan, tidak mau direndahkan orang lain, berani mengambil keputusan dan tindakan, rasa empati sosial yang tinggi dan lain sebagainya. Soekarno kecil, banyak belajar dari orang - orang sekitarnya dengan meniru ataupun mendengarkan ucapan orang lain dengan bijak.
Sampai saat ini, belum ada sosok Soekarno selanjutnya. Belum ada sosok pemimpin di Indonesia yang sangat peduli dengan kesejahteraan rakyatnya. Setidaknya, secuil keteladanan dari Bung Karno patut kita contoh dalam kehidupan. Namun sebenarnyapun, belum ada sosok ideal di Indonesia yang benar-benar teladan sejati.
Jika berbicara mengenai sosok yang harus benar-benar kita teladani dari sifat, watak, dan perilaku, sudah sepantasnyalah kita sebagai seorang muslim berkaca pada diri Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah sosok teladan sejati. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang sesempurna beliau. Beliau adalah Nabi utusan Allah, yang diutus untuk rahmat bagi sekalian alam. Tidak hanya kepada kaum muslimin, tetapi kepada seluruh umat manusia. Kisah keteladanannya menjadi inspirasi bagi pemuda-pemuda islam untuk dapat mencontohnya.
Jika pemimpin dapat memberikan keteladan, insya Allah maka perubahan ke arah yang lebih baik dapat terjadi. Pemimpin itu ibarat sumber mata air di hulu. Bila di hulu airnya telah keruh, maka kebawahnya akan keruh juga. Jika dari sumbernya telah bersih dan jernih, maka kebawahnya pun Insya Allah akan bersih juga.
Oleh karena itu, jadilah kita pemimpin yang dapat memberikan keteladanan bagi lingkungan sekitar. Kita semua adalah pemimpin, maka kita harus dapat menjadi contoh yang baik bagi orang lain, dalam setiap sikap dan tutur kata kita. Jadilah kita seorang memiliki hati yang bersih dengan berakhlak mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tambahkan Komentarnya :)