Keteladanan...”Sebuah dilema”
Tak
seorang pun lahir ke dunia ini sudah dibekali dengan kepintaran. Semua makhluk
hidup, lahir dalam keadaan lemah, tidak berdaya, dan tidak mengerti apa - apa.
Sebuah proses meniru dan mengikuti selalu terjadi pada diri manusia. Binatang pun
belajar dari induk mereka dengan cara melihat, lantas menirukan. Seluruh
makhluk hidup di dunia selalu belajar dengan cara meniru( Zairofi, 2002).
Kenyataan
- kenyataan di atas, menjelaskan dengan sangat tegas akan pentingnya
keteladanan dalam hidup. Karena setiap orang punya sifat meniru. Maka pihak -
pihak yang dimungkinkan akan ditiru semestinya selalu tampil sebagai teladan
yang baik. Agar, mereka yang meniru, mendapatkan contoh yang baik untuk ditiru.
Sifat meniru ini, bahkan akan memberi kontribusi yang besar bagi hampir seluruh
kepribadian seseorang.
Menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia (2000:619), keteladanan adalah ”hal - hal yang
dapat ditiru atau dicontoh”. Keteladanan mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan pribadi seseorang. Secara sederhana keteladanan memerlukan
penilaian bahwa perilaku tersebut baik sebelum anak memutuskan untuk melakukan
hal yang sama.
Keteladanan dapat diartikan wujud
dari usaha yang dilakukan seseorang dengan sadar tercermin pada sikap perilaku
untuk mencapai tujuan tertentu. Keberhasilannya dapat diukur dengan indikator
perubahan perilaku orang yang menjadikannya figur panutan menjadi selaras
seimbang sesuai dengan tujuan tertentu yang dikehendaki (Utami, 2000).
Berkaitan dengan yang diuraikan di
atas, sungguh memprihatinkan saat ini kita sangat sulit mencari figur pemimpin
yang benar-benar bisa memimpin. Keteladanan menjadi barang langka, sangat sulit
dijumpai di keseharian kita. Bahkan, para pemimpin ramai bertikai, bukannya
ramai berlomba memberikan contoh yang baik. Lalu, mau dibawa ke mana generasi
muda, anak-anak bangsa yang ingin berguru kepada sang pemimpin? Anak-anak tidak
cukup hanya dibekali dengan kecerdasan, pengetahuan yang luas, dan wawasan
kebangsaan yang brilian. Si buah hati juga harus dibekali dengan pendidikan
mental yang benar, pendidikan antikorupsi misalnya, juga pendidikan tentang
kejujuran serta kesetiakawanan.
Anak-anak yang sejak kecil tidak
diberikan keteladanan yang pas, bagaimana mungkin mereka akan menjadi pemimpin
yang baik kelak di kemudian hari. Anak-anak yang sejak dini masih kebingungan
mau mengambil contoh yang benar dalam berperilaku, apakah kelak dapat
berperilaku yang benar dan baik? Peran orang tua dan guru yang masih peduli
pada keteladanan, ketulusan dan kejujuran, sangat dibutuhkan oleh anak-anak
bangsa ini. Bangsa yang besar akan dapat terjaga kehebatannya jika melahirkan
generasi penerus yang kuat dan berakhlak baik.
Di berbagai media misalnya, banyak
kasus-kasus tawuran antar pelajar di Negeri tercinta ini, anak-anak penerus
bangsa yang sejatinya menjadi pondasi membangun negeri di masa yang akan
datang, melakukan tindakan negatif yang merugikan dirinya dan orang lain.
Bahkan ada beberapa yang menjemput ajal mereka sendiri. Seharusnya ini menjadi
bahan introspeksi bagi kita bersama, apakah anak-anak tersebut sudah diberikan
contoh keteladanan dalam berperilaku ?
Pertanyaan ini mungkin sulit
terjawab, karena mereka adalah seorang pelajar. Seorang pelajar sudah barang
tentu mendapatkan pendidikan di bangku sekolah. Namun nampaknya pendidikan di
Indonesia masih belum mengutamakan character
building. Pendidikan di Negeri ini
mengutamakan kecerdasan dan ilmu pengetahuan, namun karakter hanya sebagai
produk sampingan saja. Seharusnya pepatah “Knowledge is power, but Attitude is
more” lebih dikaji lagi. Bangsa ini sudah seharusnyalah membangun karakter
penerusnya. Anak-anak di masa yang akan datang diharapkan dapat menjadi teladan
yang baik begi penerus sesudahnya, dan ini berlangsung secara kontinuitas.
Pendapat ini menegaskan bahwa “karakter,
kompetensi dan keteladanan” merupakan unsur utama dan terpenting dalam
kepemimpinan. Oleh karena itu seorang pemimpin mutlak harus memiliki karakter
yang baik dan kuat. Seorang pemimpin yang berkarakter berarti memiliki prinsip
hidup yang amat kuat, ia mampu mengatakan “yang salah adalah salah dan
yang benar adalah benar” serta berani mengatakan “tidak”
bagi sesuatu yang dipandangnya salah meskipun dengan risiko yang amat berat,
seperti kehilangan jabatan atau bahkan nyawa sekalipun. Seorang pemimpin yang
berkarakter dapat saja menjadi tidak populer di kalangan bawahannya atau
masyarakat, namun dengan karakter yang kuat ia tidak akan menjadi goyah atau
berubah sikap karenanya. Kompetensi adalah syarat mutlak lainnya bagi seorang
pemimpin, memadainya pengetahuan dan ketrampilan pemimpin merupakan jaminan
bagi diperolehnya keputusan yang tepat sehingga menjadi penuntun menuju sukses
bagi organisasi yang dipimpinnya. Keteladanan merupakan metode paling efektif
dalam kepemimpinan, dan suatu hal yang pasti (lambat atau cepat) seorang
pemimpin berkarakter akan mampu menjadi teladan dan panutan bagi bawahan atau
masyarakat yang dipimpinnya.
Dengan
demikian, seorang pemimpin – terlebih lagi pada tingkat nasional – senantiasa
dituntut untuk mampu mewujudkan, memelihara dan meningkatkan keseimbangan dari
aspek terpenting dan menjadi unsur utama bagi seorang pemimpin yakni karakter
yang terpuji, kompetensi yang tinggi, dan yang terpenting dia harus mampu
menjadi teladan, panutan bagi masyarakat atau bawahannya.
Ada
beberapa kriteria manusia yang bisa diteladani, mulai dari tingkah lakunya,
karakternya, sampai pada pembawaannya. Bangsa Indonesia memerlukan sosok yang
bisa diteladani agar para pemimpin di masa yang akan datang dapat meniru
keteladanan tersebut.
Menurut
Aa gym dalam
(http://yuamar.wordpress.com/2009/03/01/keteladanan-seorang-pemimpin/)
menyebutkan ada empat hal karakter seorang pemimpin apa yang telah dicontohkan
Rasulullah, sebagai berikut:
a. Keteladanan
dalam keyakinan kepada Allah.
Apabila seorang pemimpin kurang
dekat dengan Allah, maka sikap dan kebijakannya pun akan kurang terarah dan
memberikan kemanfaatan yang banyak bagi para pengikutnya. Seorang pemimpin yang
taat kepada Allah, dia akan menjadikan segala kebijakannya berorientasi pada
kemaslahatan umat dan menghindari dari segala hal yang kurang bermanfaat dan
sia-sia.
b. Keteladanan
dalam akhlak
Rasul dan para sahabat telah
mencontohkannya, bagaimana akhlak yang baik dan mulia, dapat membawa perubahan
menuju arah yang baik. Dengan akhlak yang baik, hati seseorang dapat tersentuh,
walaupun pada awalnya ia kurang suka. Seorang yahudi buta yang sangat membenci
Rasulullah dapat masuk Islam , karena akhlak mulia Beliau. Tak pernah lupa,
Beliau selalu menyuapi orang buta itu setiap hari, walaupun dicaci maki dan
dihina setiap hari. Tapi Beliau terus sabar dan ikhlas, bahkan Nabi pun selalu
mengelus punggung orang buta tadi, layaknya kepada seorang anak kecil.
c. Keteladanan
dalam pengorbanan
Seorang pemimpin adalah orang yang
harus lebih banyak berkorban dari pada pengikutnya. Dia mengorbankan waktunya,
pikiranya, dan hartanya untuk kepentingan bersama. Dia bersedia untuk turun
langsung membantu orang-orang yang dipimpinnya. Tidak hanya sekedar mengarahkan
dan menyuruh, tapi dia bersama-sama pengikutnya melakukannya.
d. Keteladan
dalam memberikan solusi dari setiap permasalah.
Rasulullah pun selalu dapat
memberikan solusi jika terdapat konflik atau masalah. Solusinya pun tepat
sasaran. Bahkan Beliau dapat menyikapi perbedaan pendapat yang ada dalam
pengikutnya dengan win-win solution.
Selain yang di disebutkan di atas,
ada beberapa kriteria seseorang yang bisa kita teladani, misalnya :
1.
Integritas
2.
Visioner
3.
Tanggung Jawab
4.
Amanah
5.
Cerdas
6.
Disiplin
7.
Loyal
8.
Pantang Menyerah
9.
Berkarakter
10. Tanggap
Kesepuluh
karakter di atas mungkin masih belum lengkap, jika kita berbicara mengenai
sosok seseorang yang bisa kita teladani. Masih banyak sifat-sifat lain yang
dapat kita teladani dari figur seorang pemimpin. Bukan hanya pemimpin, seorang
tokoh yang berpengaruh dalam masyarakatpun dapat kita teladani dan kita contoh
perilaku dan sifat positifnya.
Contoh
pemimpin Indonesia yang bisa kita teladani sisi positifnya adalah Bapak
Soekarno. Beliau adalah seorang proklamator Indonesia yang tegas, berwibawa,
dan revolusioner. Pidato-pidato Bung Karno sangat memukau dan selalu
dinanti-nanti oleh rakyatnya. Bung Karno juga berani melawan kolonialisme
Belanda pada waktu itu, sampai pada saatnya, beliau membacakan secarik kertas
proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Memang sosok Bung Karno
dapat kita teladani, tetapi bagaimanapun juga beliau memiliki sisi positif dan
sisi negatif seperti mata uang logam. Sepatutnyalah kita hanya meneladani
positifnya saja.
Peranannya
dalam sejarah, Soekarno memegang peranan penting dalam memerdekakan bangsa
Indonesia yaitu sebagai Proklamator Indonesia. Soekarno sebagai pemimpin bangsa
yaitu sebagai seorang presiden yang dicintai rakyat pada masanya. Meskipun
sudah meninggal namun namanya tetap menjadi bahan pembicaraan orang - orang,
dalam kondisi bangsa saat ini yang butuh figur panutan seorang pemimpin, yang
terjadi sekarang yaitu fenomena munculnya lagi nama Soekarno sebagai figur
pemimpin yang diidamkan memimpin negeri ini. Hal ini dapat dilihat seperti
partai - partai politik yang membawa - bawa nama Soekarno dengan tujuan
tertentu dan membandingkan dengan pemimpin bangsa sekarang.
Pada
semasa hidupnya banyak hal yang dapat dijadikan contoh / panutan untuk generasi
muda saat ini. Hal ini tercermin dalam pemikiran, ucapan dan tindakanya dalam
hidupnya, menciptakan tujuan, belajar menyayangi mahluk ciptaan Tuhan,
pentingnya ilmu pengetahuan, tidak mau direndahkan orang lain, berani mengambil
keputusan dan tindakan, rasa empati sosial yang tinggi dan lain sebagainya. Soekarno
kecil, banyak belajar dari orang - orang sekitarnya dengan meniru ataupun
mendengarkan ucapan orang lain dengan bijak.
Sampai saat
ini, belum ada sosok Soekarno selanjutnya. Belum ada sosok pemimpin di
Indonesia yang sangat peduli dengan kesejahteraan rakyatnya. Setidaknya, secuil
keteladanan dari Bung Karno patut kita contoh dalam kehidupan. Namun
sebenarnyapun, belum ada sosok ideal di Indonesia yang benar-benar teladan
sejati.
Jika
berbicara mengenai sosok yang harus benar-benar kita teladani dari sifat,
watak, dan perilaku, sudah sepantasnyalah kita sebagai seorang muslim berkaca
pada diri Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah sosok teladan sejati. Tidak ada
seorangpun di dunia ini yang sesempurna beliau. Beliau adalah Nabi utusan
Allah, yang diutus untuk rahmat bagi sekalian alam. Tidak hanya kepada kaum
muslimin, tetapi kepada seluruh umat manusia. Kisah keteladanannya menjadi
inspirasi bagi pemuda-pemuda islam untuk dapat mencontohnya.
Jika
pemimpin dapat memberikan keteladan, insya Allah maka perubahan ke arah yang
lebih baik dapat terjadi. Pemimpin itu ibarat sumber mata air di hulu. Bila di
hulu airnya telah keruh, maka kebawahnya akan keruh juga. Jika dari sumbernya
telah bersih dan jernih, maka kebawahnya pun Insya Allah akan bersih juga.
Oleh karena
itu, jadilah kita pemimpin yang dapat memberikan keteladanan bagi lingkungan
sekitar. Kita semua adalah pemimpin, maka kita harus dapat menjadi contoh yang
baik bagi orang lain, dalam setiap sikap dan tutur kata kita. Jadilah kita
seorang memiliki hati yang bersih dengan berakhlak mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tambahkan Komentarnya :)