Jumat, 28 Desember 2012

Mereka juga Sahabat Kita

Tidak ada makhlukNya yang sempurna di dunia ini. Mungkin penilaian secara fisik terlihat sempurna, namun betapapun begitu kita tidak mengetahui bagaimana rohaninya. Ada beberapa sahabat kita yang bahkan tidak seberuntung kita. Mereka memiliki keterbatasan kemampuan dikarenakan keterbatasan fisik atau mental. Zaman dahulu, masyarakat menyebutnya sebagai penyandang cacat. Namun, arti penyandang cacat sendiri telah berubah menjadi kata “Disabilitas”. Merubah pandangan seseorang terhadap sesuatu memang tidak mudah, bahkan memerlukan waktu yang cukup lama.
Di setiap daerah, kita bisa menjumpainya. Dengan kekurangan mereka, mereka masih bisa tersenyum. Bahkan msaih dapat berprestasi. Ketika aku mengikuti lomba di Manado, aku bertemu dengan sahabatku. Aku lupa namanya. Dia seorang Tuna Netra. Namun semangatnya yang membara mengantarkan ia ke Manado, mengikuti lomba Olimpiade pada tahun 2011. Ada beberapa bidang olimpiade saat itu, ada juga yang dikhusukan bagi para sahabat Disabilitas. Saat itu aku sangat kagum kepadanya. Dia bercerita banyak kepadaku, padahal aku baru mengenalinya.
Saat pertama bertemu di sebuah bandara di Manado, dia menceritakan secuil kisah hidupnya. Dia bercerita bahwa sebelumnya dia bisa melihat, melihat indahnya dunia. Dia bersekolah di sebuah sekolah formal biasa, yang sekarang masih memberikan kesempatan kepadanya untuk melanjutkan sekolah. Asanya hampir putus karena sebuah kecelakaan yang merenggut penglihatannya. Namun, karena motivasi dari teman-temannya dan dari gurunya, dia tetap dapat mengikuti pendidikan formalnya dengan baik. Kesulitan demi kesulitan ia hadapi dengan penuh senyuman. Dan ketika asa itu muncul, dia semakin menorehkan prestasi. Dia adalah anak yang pandai, hanya saja karena penglihatannya yang tidak sempurna itu menghambatnya. Dia melihat dengan kedua tangannya, dan menulis dengan telinga. Dia berkata kepadaku suatu saat ia ingin melihat indahnya dunia kembali.
Semangat sahabatku itu dapat dijadikan motivasi tersendiri. Seseorang yang memiliki kekurangan pun memiliki berbagai macam prestasi, apalagi jika seseorang itu sempurna secara fisik. Berprestasi tidak selalu membutuhkan kesempurnaan fisik, namun berprestasi membutuhkan kesempurnaan loyalitas dan kemauan yang tinggi. Sahabatku itu tergolong orang yang beruntung, karena masih mendapat kesempatan untuk bersekolah di pendidikan formal biasa, karena biasanya sekolah bagi para disabilitas yaitu di Sekolah Luar Biasa (SLB). Sahabatku yang lain, yang pernah aku jumpai di sekitar tempat tinggalku, bernasib sebaliknya. Dia hanya mondar-mandir keliling desa tanpa mengetahui ke mana arah tujuannya. Celotehannya sering membuat orang heran. Keberadaannya dipandang sebelah mata, ada yang menganggapnya pembawa sial, dan adapun yang  menganggapnya tidak berguna. Bahkan ada beberapa juga yang mencemoohnya. Ya, itulah sahabatku yang memiliki keterbelakangan mental. Dari kecil dia sudah hidup dalam dunianya sendiri. Dunia yang tak semua orang mengenali. Dia memiliki kesempurnaan fisik, namun memiliki keterbelakangan mental. Cara dia berpikir berbeda dengan kebanyakan orang. Dan aku pikir itulah kelebihan mereka. Di dalam televisi pun aku pernah melihat seseorang yang memiliki keterbelakangan mental namun dapat menghitung dengan cepat. Entah bagaimana cara dia melakukannya.
Kedua sahabatku itu menggambarkan bahwa para penyandang disabilitas seharusnya memiliki kesempatan yang sama. Baik dalam memperoleh pendidikan ataupun dalam kesetaraannya di hadapan masyarakat. Keterbatasan kemampuannya membuat ia menjadi kaum yang marginal, dijauhi oleh masyarakat. Mereka juga tidak diberi fasilitas yang memadai, bahkan layanan publik yang sedianya diberikan kepada mereka, tidak mereka dapatkan.
Kejuaraan di bidang olahraga maupun akademik banyak ditorehkan oleh sahabat kita tersebut. Semangatnya tak padam, walau raganya tak sempurna, walau jiwanya berbeda. Beruntunglah di tahun 2012 ini keberadaan mereka semakin diakui. Terbukti dengan adanya peringatan Hari Internasional Penyandang Disabilitas.
Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa 10% dari penduduk dunia atau sekitar 650 juta orang adalah penyandang disabilitas yang dulu biasa diistilahkan dengan penyandang cacat. Data statistik dunia pun menunjukkan bahwa 80% dari penduduk dengan disabilitas tersebut berada di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia, dari hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebesar 237.641.326 jiwa ada 2,71% penduduk Indonesia usia 10 tahun keatas yang yang mengalami kesulitan fungsional (dengan tingkat kesulitan sedikit dan parah) dan diperkirakan sebanyak 23 juta orang merupakan penyandang disabilitas (10% dari total jumlah penduduk hasil sensus 2010).
Hari Internasional Penyandang Disabilitas itu merupakan sebuah langkah kongkret dalam hal persamaan hak asasi manusia. Semoga sahabat-sahabat kita tersebut dapat menikmati indahnya dunia, menghirup udara bebas berkarya, dan memiliki kesetaraan yang sama dengan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tambahkan Komentarnya :)