Susahnya Menahan Amarah..
Bismillahirrahmanirrahim........
Aku memarkir motorku sengaja di
bawah naungan pohon, karena terik matahari yang menyengat siang itu. Untungnya,
aku memakai pakaian tertutup yang membantu mendinginkan terik matahari langsung
yang tidak menyehatkan.
Kulirik jam di hp, dan
rasa-rasanya aku sudah setengah jam berdiri mematung. Aku mencari sesosok
adikku yang meminta jemput kala itu. Rasanya lama sekali. Ditambah kondisiku
dalam keadaan berpuasa.
Satu menit dua menit sampai
setengah jam aku masih bersabar menunggunya, sambil mengucap istighfar
berkali-kali karena rasanya syaitan sudah siap berperang di hadapanku. Aku
bersusah payah menahan amarah, karena aku membenci menunggu. Apalagi, yang
seharusnya menunggu itu adikku, yang minta jemput. Bukan aku, yang
menjemputnya.
Aah, aku sudah tidak sabar,
akhirnya kuputuskan untuk pergi ke rumah tanteku di dekat situ, dengan menarik
gas dalam-dalam. Setelah beberapa menit sampai di depan rumah tanteku, ada
message innocent dari adikku yang menanyakan dimana aku sekarang. Aku semakin jengkel
saat itu, namun aku menarik nafas dalam-dalam, dan kembali ke sekolah adikku.
Beberapa saat setelah itu, kulihat
adikku sudah stand by dan dengan enaknya dia menggerutu "lama
bangeeet"
Aku menutup kalimat adikku dengan
satu kalimat menyangkal bahwa aku sudah menunggunya setengah jam. Lalu aku diam
dan berusaha menutupi rasa marahku, ya, karena aku sedang berpuasa, bukannya
puasa itu wajib menahan hawa nafsu? Ya. Dalam hal ini nafsu amarah.
Namun aku sudah tak kuasa
membendungnya, ketika sampai di rumah kulontarkan kalimat yang menasehati adikku
agar tidak mengulangi perbuatannya, agar stand by ketika sudah meminta untuk
dijemput, agar aku tidak perlu menunggunya lagi. Karena hal itu sudah
dilakukannya bukan hanya sekali, namun berkali-kali. Dan, adikku yang keras
kepala itu malah balik memberikan alasan, kenapa aku tidak sms dia terlebih
dahulu kalau sudah sampai di sekolah. Ya. Aku tidak mengirimnya sms karena
pulsaku habis (dalam hal genting ini pulsa itu dibutuhkan :D ). Akhirnya
adikkupun diam.
Aku langsung pergi ke kamar dan
menitikkan beberapa tetes air mata sebagai bentuk melelehnya amarahku. Aah aku sedang
berpuasa, dan aku tidak boleh marah. Akhirnya kurebahkan badanku di kamar,dan
menuliskan ini.
Memang,menahan amarah itu sangat
sulit. Apalagi untuk orang sepertiku. Yang hanya bisa kulakukan yaitu
menahannya dengan sekuat-kuatnya. Dalam hati sesak. Namun tidak bisa
diungkapkan.
Benar kata Rasullullah,orang yang
paling kuat itu bukan orang yang berotot besar, namun orang yang dapat menahan
amarahnya. Seperti dalam hadist berikut :
Rasulullah Saw bersabda : “Orang kuat itu bukanlah
yang menang dalam gulat tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan nafsu
amarahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, yang artinya :
“Barangsiapa yang menahan
kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah Ta’ala akan
memanggilnya (membanggakannya) pada hari kiamat di hadapan semua manusia sampai
(kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari bermata jeli yang disukainya”
HR Abu Dawud (no. 4777),
at-Tirmidzi (no. 2021), Ibnu Majah (no. 4186) dan Ahmad (3/440), dinyatakan
hasan oleh imam at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani.
Nah buat temen-temen yang suka
meminta jemput kepada teman atau saudara, sebaiknya ketika meminta jemput
itu sudah stand by dan sudah siap agar yang menjemput tidak perlu menunggu lama
lagi. Hal ini dapat mengakibatkan salah paham, dan dapat memantik amarah orang
yang menjemput kita, apalagi
jika orang tersebut tipe orang yang tidak suka menunggu. Jadi, kita juga perlu memahami karakter
masing-masing orang, jangan
maunya enak di kita sendiri aja.
Di bulan Ramadhan ini
hendaknyalah kita menghindari diri dari amarah. Ini memang hal sepele, namun
dapat merusak sempurnanya ibadah kita. Mungkin bukan karena menunggu, tetapi
karena hal yang lain. Pintar-pintarlah dalam menahan amarah, jika kita sedang berdiri, kita dianjurkan untuk duduk, dan ketika kita duduk, kita dianjurkan untuk berbaring
agar amarah kita bisa teredam, atau bisa juga dikatakan semakin mendekatkan
posisi tubuh kita ke tanah. Bahkan bila perlu, mengambil air wudhu.
Berikut beberapa hadits tentang keutaman
menahan marah : (diambil dari http://jalandakwahbersama.wordpress.com/2010/02/25/menahan-marah/
)
1. Rasulullah Saw bersabda : “Orang kuat
itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi orang kuat adalah yang mampu
menahan nafsu amarahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Dari Ibnu Mas’ud ra Rasulullah Saw
bersabda : “Siapa yang dikatakan paling kuat diantara kalian?
Sahabat menjawab : yaitu diantara kami yang paling kuat gulatnya.
Beliau bersabda : “Bukan begitu, tetapi dia adalah yang paling kuat
mengendalikan nafsunya ketika marah.” (HR. Muslim)
3. Al Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari
Anas Al Juba’i , bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa yang mampu
menahan marahnya padahal dia mampu menyalurkannya, maka Allah menyeru pada hari
kiamat dari atas khalayak makhluk sampai disuruh memilih bidadari mana yang
mereka mau.” (HR. Ahmad dengan sanad hasan)
4. Al Imam Ahmad juga meriwayatkan hadits
dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Tidaklah hamba meneguk
tegukan yang lebih utama di sisi Allah Swt, dari meneguk kemarahan karena
mengharap wajah Allah Swt.” (Hadits shahih riwayat Ahmad)
5. Al Imam Abu Dawud rahimahullah
mengeluarkan hadits secara makna dari shahabat Nabi, bahwa Rasulullah Saw
bersabda : “Tidaklah seorang hamba menahan kemarahan karena Allah Swt
kecuali Allah Swt akan memenuhi baginya keamanan dan keimanan.” (HR. Abu
Dawud dengan sanad Hasan)
6. “Dari Abu Hurairah ra, bahwa seseorang
berkata kepada Nabi Saw : berwasiatlah kepadaku. Beliau bersabda : “jangan
menjadi seorang pemarah”. Kemudian diulang-ulang beberapa kali. Dan beliau
bersabda : “janganlah menjadi orang pemarah” (HR. Bukhari) .
Itu ceritaku hari ini, jangan diulangi lagi ya
adikku sayang J . Semoga Allah masih menilai ibadah
puasaku, dan mengampuni ketidaksabaranku. Astaghfirullahaladzim..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tambahkan Komentarnya :)