Selasa, 27 November 2012

Sebuah Refleksi diri :)

Hari ini, 24 November 2012, aku bertemu dengan adik-adik dusbin SIM, di Desa Tunggulrejo, Surakarta. Ini mungkin pengalaman pertamaku mengikuti dusbin SIM. Dan aku mencoba untuk bisa mengajarkan apa yang aku bisa kepada mereka. Mereka memintaku untuk mengajarkan bahasa inggris, fisika, bahkan matematika.
Tetapi aku sangat prihatin, karena diumur mereka di sekolah menengah pertama, bahkan akan lulus SMP, tetapi kata ganti subjek pun mereka belum hafal, bahkan dapat dikatakan tidak tahu. Aku berfikir, lalu bagaimana pendidikan 9tahun yang dilaluinya?? Entahlah,aku hanya bisa mengajarkan semampuku, sebisaku. Jujur, mengajarkan adik2 yang mungkin pola pikirnya berbeda denganku itu susah, sangat susah. Ketika aku mengajari adik kelas 5, aku bingung bagaimana cara mengajarkannya. Mungkin jika sebuah soal itu disodorkan kepada seumuranku,mereka pasti mengatakan itu hal yang sepele. Namun bagi mereka? Itu sebuah soal yang sulit. Aku mengajarkan mereka pelan-pelan, dengan harapan mereka dapat memahami apa yang aku katakan.
Ketika aku membuka LKS(Lembar Kerja Siswa) anak kelas 5 SD itu (Vio namanya) aku sungguh kaget, nilai-nilainya sungguh kacau, angka nol bulat kutemukan bertengger pada LKSnya, aku terdiam sesaat, tak tahu apa yang harus aku ucapkan. Bahkan, nilai 2 dari 10 menempel tak terusik. Kucoba bertanya tanpa menyinggung Vio,
"Vio, biasanya kalau ngerjain diajarin siapa?"
Vio dengan nada lembutnya menjawab "Ibu"..
Aku terperangah sejenak, Vio diajarkan oleh ibunya dan ia mendapatkan nilai nol. Sungguh, seperti tertusuk duri aku mendengarnya. Salah siapakah ini? Ibu Vio atau Vio sendiri???
Sejenak teringat ketika ibuku dahulu mengajari matematika kepadaku. Aku sangat bersyukur dengan ini semua. Aku baru sadar, ibuku benar-benar berjasa mengajarkanku segala hal sejak aku masih kecil. Bahkan ilmu perhitungan. Itu semua karena ibuku adalah seorang guru, guru SD. Walaupun hanya seorang guru SD, tetapi aku sangat bangga dengan beliau. Sungguh, aku sangat bersyukur. Berbeda dengan Vio, dia sudah diajarkan oleh ibunya, tetapi mungkin ibunya hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga biasa, Ibu Vio mengajarkan Vio dengan apa adanya, aku mengetahui hal itu dari nilai Vio. Sungguh, apa perasaan Vio ketika mendapat nilai demikian? Aku tak mengerti. Aku tak mengerti. Kuhilangkan semua pikiran yang merasuk tiba-tiba pada diriku. Lalu, aku bertanya,
"Sekarang, PR Vio dari mana sampai mana?" Aku bertanya dengan senyum, seolah tak ada apa-apa.
"Ini", Vio menunjukkan soal-soal matematikanya. Semua soal cerita memang, dan aku membaca soal pertama. Aku menyuruh Vio untuk memahami soalnya terlebih dahulu, dan mencoba memecahkannya. Tetapi kulihat raut wajah Vio kesulitan, sehingga aku tak tega. Kubaca soal perlahan-lahan dan berusaha menganalogikan dengan yang lain..
Tuhan, aku tak mengerti bagaimana cara agar Vio dapat mengerjakan soal ini seratus persen. Dia sudah duduk di kelas lima SD, tetapi mengapa seperti ini??
Akhirnya aku menuntun Vio dari awal sampai menemukan jawaban, dari soal pertama hingga soal terakhir. Sebelumnya ada kakak Dusbin yang mengajari Vio, dan aku sedang mengajari Eka menghafal kata ganti subjek, namun aku tertarik juga untuk mengajarkan matematika kepada Vio.
Aku berharap, Vio dapat mengerti dan memahami apa yang sudah aku ajarkan. Dari Dusbin ini, sungguh aku lebih belajar banyak. Aku lebih bersyukur terhadap apa yang diberikan olehNya. Aku bersyukur mempunyai orang tua seperti orang tuaku. Aku bersyukur dapat bersekolah dengan baik. Dan dari Dusbin inilah aku mengerti bagaimana nikmatnya memberi. Walaupun hanya memberi secuil ilmu pada mereka yang membutuhkan. Bahkan menurutku aku belum memberikan apa-apa. Ini baru kali pertama, dan aku ingin mengajar lagi untuk selanjutnya. Terima kasih Ibuku tersayang, terima kasih Vio, terima kasih SIM, tulisan ini aku tulis sebagai sebuah refleksi diri. Semoga untuk selanjutnya, anak-anak Dusbin SIM lebih rajin, lebih giat dan akan mempunyai segudang prestasi. Ya, aku yakin itu, suatu saat nanti :) seperti pelangi indah yang muncul ketika aku sedang mengajar saat itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tambahkan Komentarnya :)