Sebentar lagi, Indonesia akan menghadapi
pesta demokrasi. Hendaknya, rakyat Indonesia memilih pemimpin yang baik. Baik dalam
artian baik akhlaknya, cakap perangainya, dan tentu saja harus mencerminkan
sikap pemimpin. Ya. Lagi-lagi kata-kata itu terus merongrong dalam benakku..
siapa pemimpin yang pantas untuk negeriku??
Sebenarnya, setiap manusia adalah
pemimpin bagi dirinya sendiri. Namun kali ini, kita harus memilih secara bijak,
secara cerdas sosok pemimpin demi masa depan Bangsa Indonesia.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
adil. Adil dalam perkara apapun, tidak pandang bulu. Namun apa yang terjadi
dewasa ini? Keadilan mulai disembunyikan. Bahkan hukuman bagi pencuri sandalpun
lebih berat daripada para koruptor. Jika alasannya adalah pada efek jera, mengapa
para koruptor itu dimudahlan hukumannya? Bukannya para koruptor itu juga sangat
banyak, menurut saya hal itu akan menjadi hal sepele bagi mereka para koruptor.
Dihukum lebih ringan dari pencuri sandal, malah membuat mereka termotivasi
untuk lebih korupsi. Pencuri sandal hanya merugikan satu orang, kecuali jika
memang mencurinya sandal sekampung. Tapi kalo koruptor??? Uang rakyat sebanyak
itu masuk kantong sendiri?? Sungguh tak masuk akal.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
amanah. Bukan hanya sekadar mengumbar janji-janji palsu lewat omongan semata,
namun juga harus merealisasikannya dan selalu tercermin dalam tindak tanduknya.
Memberikan janji untuk memberantas korupsi, ya harus dimaksimalkan. Mengerahkan
seluruh pasukan yang dipercaya untuk memberantas musuh negara yang satu ini.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
jujur, pemimpin yang apa adanya, bukan diada-adakan, atau parahnya lagi ada
apanya, alias ada udang dibalik batu. Dengan kejujuran ini, maka akan semakin
menambah wibawanya dan jiwa kepemimpinannya. Sikap yang satu ini juga harus
menyatu dengan tindakan tentunya.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
mementingkan kepentingan rakyatnya. Lihat Indonesia sekarang, bencana ada
dimana-mana. Gunung meletus di Sinabung yang sudah berbulan-bulan, banjir dan tanah
longsor hampir di seluruh jalur pantai utara Pulau Jawa, bahkan banjir bandang
di Manado. Pada saat-saat seperti inilah para pemimpin seharusnya
memperlihatkan jiwa pengayomannya. Harus bisa memperhatikan apa saja yang
dibutuhkan bagi para pengungsi. Bukan hanya pemimpin itu saja, namun hendaknya
juga semangat bahu membahu dan saling tolong menolong antar sesama lebih
dibangun untuk membantu para korban bencana tersebut. Hal itu tentu dapat juga
dilakukan seorang pemimpin, dengan mengobarkan semangat persatuan dan kesatuan.
Oya, pemimpin dalam arti ini belum tentu
seorang presiden lho.. dapat juga pemimpin-pemimpin dalam kelompok kecil, atau
dalam tingkat yang paling bawah. Lebih baiknya lagi, jika kita juga memiliki
cita-cita menjadi seorang pemimpin. Teringat dalam sebuah film ada kata-kata “If
you want to change the country, lead it!”. Nah lho... Indonesia sangat haus
akan seorang pemimpin yang dapat mengubah dirinya, yang dapat mengubah
wajahnya.
Memang rasa-rasanya keempat sifat di atas belum ada dalam sosok
pemimpin masa sekarang, namun di masa dahulu, ada sosok manusia yang memiliki
kepribadian yang adil, jujur, dan amanah. Bahkan akhlak mulianya diakui para
musuh-musuhnya. Yaitu Nabi akhirul zaman, Muhammad SAW.
Memang, tak ada yang menyaingi sosok
Rasulullah SAW. Beliau adalah pemimpin yang disegani para sahabatnya kala itu,
hingga Urwah bin Mas’Ud Ats-Tsaqafi yang saat itu diutus kaum Quraisy untuk
menemui Rasulullah dalam rangka tawar menawar sebelum terjadinya perjanjian
Hudaibiyah berkata “Wahai semua orang, demi Allah, aku pernah menjadi utusan
untuk menemui para raja, Qaishar dan Kisra. Demi Allah, setiap kali Muhammad
mengeluarkan dahak, maka dahak itu pasti jatuh di telapak tangan salah seorang
diantara mereka, lalu dia mengusap-usapkannya ke wajah atau kulit badannya. Jika
dia memberikan suatu perintah, maka mereka segera melaksanakan perintahnya. Jika
dia wudhu, maka mereka seperti orang yang sedang bertengkar karena berebut sisa
air wudhunya. Jika dia berbicara, maka mereka menghentikan pembicaraan di
depannya. Mereka tidak pernah menghujam pandangan ke wajah beliau karena
penghormatan terhadap dirinya......” (terdapat dalam Sirah Nabawiyah karangan
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, hal 389). Bahkan musuh-musuh beliaupun
mengakui bahwa Rasulullah adalah Al-Amin.. dapat dipercaya, dalam arti lain
beliau adalah sosok yang amanah.
Adakah sosok yang setidaknya hampir
mirip dengan beliau saat ini???? Tidak ada. Apalagi di Indonesia. Kita haus
akan sosok pemimpin. Sosok yang mengayomi masyarakatnya, yang dielu-elukan
rakyatnya. Yang cerdas, seperti Rasulullah yang jitu dalam merencanakan taktik
perang Uhudnya.
Tentu saja sikap sahabat-sahabat beliau
kepada beliau tidak dengan paksaan, namun tumbuh sendiri karena akhlak
Rasulullah yang sungguh mulia.
Oleh karena itu, kita harus hati-hati
memilih sosok pemimpin. Pemimpin dari tingkat bawah hingga ke tingkat yang
paling atas. Jangan hanya ikut-ikutan arus saja, namun kita juga harus cerdas
dalam memilih. Apalagi banyak partai politik yang berkibar di Indonesia. Namun kita
hanya harus memilih satu. Satu yang terbaik. Karena satu pilihanmu menentukan
bagaimana Indonesia di masa mendatang.. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tambahkan Komentarnya :)