Kamis, 06 Februari 2014

Mencari Sosok Pemimpin

Sebentar lagi, Indonesia akan menghadapi pesta demokrasi. Hendaknya, rakyat Indonesia memilih pemimpin yang baik. Baik dalam artian baik akhlaknya, cakap perangainya, dan tentu saja harus mencerminkan sikap pemimpin. Ya. Lagi-lagi kata-kata itu terus merongrong dalam benakku.. siapa pemimpin yang pantas untuk negeriku??
Sebenarnya, setiap manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Namun kali ini, kita harus memilih secara bijak, secara cerdas sosok pemimpin demi masa depan Bangsa Indonesia.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang adil. Adil dalam perkara apapun, tidak pandang bulu. Namun apa yang terjadi dewasa ini? Keadilan mulai disembunyikan. Bahkan hukuman bagi pencuri sandalpun lebih berat daripada para koruptor. Jika alasannya adalah pada efek jera, mengapa para koruptor itu dimudahlan hukumannya? Bukannya para koruptor itu juga sangat banyak, menurut saya hal itu akan menjadi hal sepele bagi mereka para koruptor. Dihukum lebih ringan dari pencuri sandal, malah membuat mereka termotivasi untuk lebih korupsi. Pencuri sandal hanya merugikan satu orang, kecuali jika memang mencurinya sandal sekampung. Tapi kalo koruptor??? Uang rakyat sebanyak itu masuk kantong sendiri?? Sungguh tak masuk akal.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang amanah. Bukan hanya sekadar mengumbar janji-janji palsu lewat omongan semata, namun juga harus merealisasikannya dan selalu tercermin dalam tindak tanduknya. Memberikan janji untuk memberantas korupsi, ya harus dimaksimalkan. Mengerahkan seluruh pasukan yang dipercaya untuk memberantas musuh negara yang satu ini.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang jujur, pemimpin yang apa adanya, bukan diada-adakan, atau parahnya lagi ada apanya, alias ada udang dibalik batu. Dengan kejujuran ini, maka akan semakin menambah wibawanya dan jiwa kepemimpinannya. Sikap yang satu ini juga harus menyatu dengan tindakan tentunya.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mementingkan kepentingan rakyatnya. Lihat Indonesia sekarang, bencana ada dimana-mana. Gunung meletus di Sinabung yang sudah berbulan-bulan, banjir dan tanah longsor hampir di seluruh jalur pantai utara Pulau Jawa, bahkan banjir bandang di Manado. Pada saat-saat seperti inilah para pemimpin seharusnya memperlihatkan jiwa pengayomannya. Harus bisa memperhatikan apa saja yang dibutuhkan bagi para pengungsi. Bukan hanya pemimpin itu saja, namun hendaknya juga semangat bahu membahu dan saling tolong menolong antar sesama lebih dibangun untuk membantu para korban bencana tersebut. Hal itu tentu dapat juga dilakukan seorang pemimpin, dengan mengobarkan semangat persatuan dan kesatuan.
Oya, pemimpin dalam arti ini belum tentu seorang presiden lho.. dapat juga pemimpin-pemimpin dalam kelompok kecil, atau dalam tingkat yang paling bawah. Lebih baiknya lagi, jika kita juga memiliki cita-cita menjadi seorang pemimpin. Teringat dalam sebuah film ada kata-kata “If you want to change the country, lead it!”. Nah lho... Indonesia sangat haus akan seorang pemimpin yang dapat mengubah dirinya, yang dapat mengubah wajahnya.
Memang rasa-rasanya  keempat sifat di atas belum ada dalam sosok pemimpin masa sekarang, namun di masa dahulu, ada sosok manusia yang memiliki kepribadian yang adil, jujur, dan amanah. Bahkan akhlak mulianya diakui para musuh-musuhnya. Yaitu Nabi akhirul zaman, Muhammad SAW.
Memang, tak ada yang menyaingi sosok Rasulullah SAW. Beliau adalah pemimpin yang disegani para sahabatnya kala itu, hingga Urwah bin Mas’Ud Ats-Tsaqafi yang saat itu diutus kaum Quraisy untuk menemui Rasulullah dalam rangka tawar menawar sebelum terjadinya perjanjian Hudaibiyah berkata “Wahai semua orang, demi Allah, aku pernah menjadi utusan untuk menemui para raja, Qaishar dan Kisra. Demi Allah, setiap kali Muhammad mengeluarkan dahak, maka dahak itu pasti jatuh di telapak tangan salah seorang diantara mereka, lalu dia mengusap-usapkannya ke wajah atau kulit badannya. Jika dia memberikan suatu perintah, maka mereka segera melaksanakan perintahnya. Jika dia wudhu, maka mereka seperti orang yang sedang bertengkar karena berebut sisa air wudhunya. Jika dia berbicara, maka mereka menghentikan pembicaraan di depannya. Mereka tidak pernah menghujam pandangan ke wajah beliau karena penghormatan terhadap dirinya......” (terdapat dalam Sirah Nabawiyah karangan Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, hal 389). Bahkan musuh-musuh beliaupun mengakui bahwa Rasulullah adalah Al-Amin.. dapat dipercaya, dalam arti lain beliau adalah sosok yang amanah.
Adakah sosok yang setidaknya hampir mirip dengan beliau saat ini???? Tidak ada. Apalagi di Indonesia. Kita haus akan sosok pemimpin. Sosok yang mengayomi masyarakatnya, yang dielu-elukan rakyatnya. Yang cerdas, seperti Rasulullah yang jitu dalam merencanakan taktik perang Uhudnya.
Tentu saja sikap sahabat-sahabat beliau kepada beliau tidak dengan paksaan, namun tumbuh sendiri karena akhlak Rasulullah yang sungguh mulia.

Oleh karena itu, kita harus hati-hati memilih sosok pemimpin. Pemimpin dari tingkat bawah hingga ke tingkat yang paling atas. Jangan hanya ikut-ikutan arus saja, namun kita juga harus cerdas dalam memilih. Apalagi banyak partai politik yang berkibar di Indonesia. Namun kita hanya harus memilih satu. Satu yang terbaik. Karena satu pilihanmu menentukan bagaimana Indonesia di masa mendatang.. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tambahkan Komentarnya :)